Semarang, 21 April 2025 – Suasana kelas pagi itu berbeda dari biasanya. siswa kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan serta Desain Komunikasi Visual tampak antusias mengikuti sesi yang tak biasa. Bukan mata pelajaran umum, melainkan kelas khusus tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas yang ramah remaja. Kegiatan ini merupakan bagian dari program edukasi yang diinisiasi oleh guru Bimbingan Konseling yang bekerja sama dengan PKBI Jawa Tengah. Acara yang diselenggarakan di ruang kelas masing-masing ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam.
Di sesi interaktif dan menyenangkan itu, para fasilitator dari PKBI menggunakan metode yang dekat dengan dunia remaja, seperti kuis interaktif, permainan peran, diskusi kelompok, hingga sesi tanya jawab anonim. Hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana yang aman dan terbuka, sehingga siswa tidak merasa dihakimi atau malu bertanya.
“Awalnya malu, tapi ternyata cara penyampaiannya asyik banget. Kita jadi tahu tentang menstruasi, kehamilan, dan bagaimana caranya bilang 'tidak' kalau merasa tidak nyaman,” ujar Ina. Tak hanya siswa perempuan yang antusias, siswa laki-laki pun turut aktif berdiskusi. Bahkan, ada sesi khusus yang membahas peran laki-laki dalam menjaga kesehatan reproduksi, termasuk pentingnya saling menghormati dan komunikasi yang sehat dalam pergaulan.
Guru Bimbingan Konseling di sekolah tersebut juga menyambut baik kegiatan ini. “Edukasi seperti ini sangat membantu kami di sekolah. Karena banyak pertanyaan dari siswa yang kadang sulit disampaikan di kelas. Kehadiran Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah sebagai mitra aktif dalam mengedukasi generasi muda menjadi jembatan yang sangat positif,” tuturnya.
Antusiasme Siswa dalam Mengikuti Setiap Sesi
Edukasi kesehatan reproduksi bukan sekadar membahas tentang seksualitas, tetapi menyangkut hal yang jauh lebih luas: pemahaman tentang tubuh, perlindungan diri, relasi yang sehat, serta hak dan tanggung jawab sebagai individu. Sayangnya, topik ini masih dianggap tabu di banyak lingkungan, membuat remaja sering kali mencari jawaban dari sumber yang keliru. Berikut beberapa alasan mengapa edukasi kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja:
1. Mencegah Misinformasi dan Mitos
Banyak remaja mendapat informasi dari internet atau teman sebaya yang belum tentu akurat. Edukasi yang benar dapat meluruskan mitos seputar seksualitas, menstruasi, kehamilan, dan penyakit menular seksual.
2. Meningkatkan Kesadaran dan Rasa Tanggung Jawab
Dengan memahami bagaimana tubuh mereka bekerja, remaja jadi lebih sadar akan batasan, hak atas tubuh mereka sendiri, serta pentingnya menjaga kesehatan secara keseluruhan.
3. Membantu Remaja Membuat Keputusan yang Bijak
Pengetahuan yang cukup akan membuat remaja lebih siap mengambil keputusan yang sehat, termasuk dalam menjalin hubungan interpersonal dan menghindari perilaku berisiko.
4. Mencegah Kehamilan Tidak Direncanakan dan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Edukasi yang tepat terbukti mampu menurunkan angka kehamilan remaja dan penyebaran PMS. Ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga pada masa depan pendidikan dan ekonomi remaja itu sendiri.
5. Menumbuhkan Sikap Saling Menghargai dalam Hubungan
Edukasi kesehatan reproduksi juga mencakup aspek relasi, seperti komunikasi sehat, konsen (persetujuan), dan menghargai perbedaan gender, yang penting dalam membentuk masyarakat yang lebih inklusif.
Guru Bimbingan Konseling dan Tim PKBI Jawa Tengah
Kegiatan ini ditutup dengan sesi refleksi, di mana para siswa menuliskan satu hal baru yang mereka pelajari hari itu. Hasilnya? Hampir semua siswa berharap kegiatan seperti ini bisa diadakan lebih rutin. Yuk, menjadi remaja yang sadar agar masa depan cerah.
Penulis : Firida Sania Nur Azmi, S. Sos.
Editor: Melinda Safitri, S. Kom.